belajar dari yang terdahulu

Senin, 21 November 2011

Kritik Intertekstual


KONFLIK TOKOH UTAMA WANITA DALAM CERPEN “PERTEMUAN DI TAMAN HENING” KARYA HELVY TIANA ROSA DAN CERPEN “MALAIKAT PENJAGA PEREMPUAN” KARYA RINA RATIH: KAJIAN INTERTEKSTUAL


  1. ANALISIS PEMBAHASAN
1.      SINOPSIS
a.      Sinopsis Cerpen “Pertemuan di Taman Hening” Karya Helvy Tiana Rosa
Cerpen “Pertemuan di taman hening” merupakan salah satu cerpen yang ditulis pada Oktober 2000 dan tergabung di dalam kumpulan cerpen “Bukavu” karya Helvy Tiana Rosa yang diterbitkan pada tahun 2008.
Cerpen ini menceritakan kisah hidup seorang istri bernama Sih bersama suaminya, Kas. Sih sangat mencintai Kas. Bagi Sih, Kas adalah laki-laki yang sempurna, dan kesempurnaan yang dimiliki Kas baru dapat ditandingi oleh dewa, bukanlah manusia biasa. Kecintaan Sih kepada Kas tetap terjaga walaupun pada usia pernikahan mereka yang menginjak lima tahun terjadi konflik yang luar biasa pada diri Sih yang merupakan akibat dari perlakuan Kas yang sangat kasar.
Sikap Kas berubah kepada Sih semenjak Sih mengetahui bahwa Kas memiliki wanita lain di dalam hatinya. Walaupun begitu, Sih tetap mengabdikan diri seutuhnya kepada suami. Sih diperlakukan tidak manusiawi dan wanita itu terus bersabar.
Ketika sakit di batin Sih mengalami masa puncak, Sih sering menghayalkan dalam benaknya bahwa dia memiliki seorang pria yang sempurna layaknya Kas yang dulu. Walaupun bayangan laki-laki itu terus hadir dalam hati dan menjadi pelipur laranya, Sih tetap setiap kepada suaminya dan yakin bahwa Kas akan kembali seperti dulu kala.

b.      Sinopsis Cerpen “Malaikat Penjaga Perempuan” Karya Rina Ratih
“Malaikat penjaga perempuan” merupakan salah satu cerpen di dalam kumpulan cerpen “Perempuan bercahaya”. Kumpulan cerpen tersebut diterbitkan oleh pustaka pelajar pada tahun 2011 dan cerpen “Malaikat penjaga perempuan” ditulis oleh Rina Ratih pada Desember 2003.
Cerpen “Malaikat penjaga perempuan” mengisahkan tentang perjuangan hidup seorang istri bernama Lasmi yang dituduh berselingkuh oleh suaminya. Lasmi kerap mendapat siksaan dari sang suami bahkan tubuhnya dibuang ke sungai. Tetapi nyawanya tetap terselamatkan. Sampai akhirnya Lasmi kembali ke rumah suaminya, menjenguk suaminya yang sakit keras. Anak dan menantunya memujuk Lasmi kembali hidup bersama di rumah suaminya tetapi Lasmi menolak. Dia masih teringat akan kekejaman yang dilakukan sang suami kepadanya.

2.      KONFLIK
1.      Konflik Tokoh Utama Wanita dalam Cerpen “Pertemuan di Taman Hening”
a.      Bentuk Konflik Tokoh Utama Wanita dalam Cerpen “Pertemuan di Taman Hening”
Konflik yang dihadapi oleh tokoh utama wanita merupakan konflik batin. Terlihat dari beberapa kutipan di bawah ini,

Ayo, pukul lagi, Kas! Pukul lagi! Matikan aku! Matikan!/Suara itu menjelma raungan, tapi hanya mampu didengarnya dari balik sanubari sendiri. (hlm. 1)

“…Dan saat mata Sih melihat seorang anak terjatuh, ia merasakan kembali keroak luka di batinnya” (hlm. 3)

“…Kadang tanpa alasan Kas menceracau, mencela, mengeluarkan kalimat-kalimat kasar dan menggelegar, yang menjadi sengatan-sengatan strum di batin perempuan itu” (hlm. 3)

“…Ketika itu hati Sih berdetak. Ia akan kehilangan Kas!” (hlm. 4)

“…Namun yang ia temukan hanya samudera cinta yang hampir menenggelamkan dirinya pada lara…” (hlm. 4)

“…Tetapi luka-luka cinta kian camping-camping dalam dirinya sejak lima bulan lalu…” (hlm. 4)

Aku berkhianat, bisik Sih…” (hlm. 6)

b.      Latar Belakang Konflik Tokoh Utama Wanita dalam Cerpen “Pertemuan di Taman Hening”
1.      Perlakuan kasar dari suaminya, terlihat dari kutipan,

“Betapa jauh berbedanya Kas kini dengan Kas yang dikenalnya bertahun lalu. Ia tak boleh salah bicara di depan Kas, tak boleh menunjukkan wajah yang murung bila tak ingin lelaki itu menghantamkan tangan yang dulu selalu dipakai membelai Sih, ke sekujur tubuhnya bertubi-tubi. Kadang tanpa alasan kas menceracau, mencela, mengeluarkan kalimat-kalimat kasar dan menggelegar, yang menjadi sengatan-sengatan strum di batin perempuan itu.” (hlm. 3)

2.      Istri menduga suaminya berselingkuh, terlihat dari kutipan,

“Sih mendengar gelegar tawa yang nyelekit itu saat usia pernikahan mereka genap lima tahun. Kala ia bertanya pada Kas tentang perempuan itu. Ya, perempuan penari itu…” (hlm. 4)

3.      Kerinduan menimang bayi, terlihat dari kutipan,

“…Ah, ia rindu untuk menimang bayi. Banyak atau satu pun tak apa. Sih terkesiap saat menyadari boleh jadi Kas berpaling karena kerinduan yang mendesak terhadap kehadiran seorang anak. Seorang anak yang hingga kini belum mampu diberikannya.” (hlm. 5)


4.      Keinginan Sih untuk memiliki laki-laki idaman lain, terlihat dari kutipan,

…Ya, aku berkhianat. Aku telah mencintai lelaki itu. Kau mencintainya, dia mencintaimu. Suamimu kasar, suka menganiaya…” (hlm. 6)

c.       Cara Tokoh Utama Wanita dalam Cerpen “Pertemuan di Taman Hening” Menyelesaikan Konflik
Beberapa mekanisme pertahanan terhadap konflik yang dilakukan oleh tokoh utama:
1.      Sublimasi.
Tokoh utama mengalihkan konflik batin yang dialaminya dengan melakukan tindakan yang bermanfaat berupa kegiatan tulis-menulis. Terlihat dari kutipan,

“Sih beristighfar. Perlahan dihapusnya sisa-sisa airmata yang ada. Dengan gemetar jari-jari kurusnya mulai bergerak di atas mesin tik.” (hlm. 9)

2.      Fantasi dan stereotype.
Tokoh Sih memunculkan fantasi-fantasi di benaknya berupa bayangan lelaki yang sikapnya mirip dengan Kas beberapa tahun lalu. Terlihat dari kutipan,

“Dan kini, salahkah ia bila menjalin hubungan dengan lelaki itu? Ya, lelaki dengan mata elang, yang selalu datang dan pamit dengan senyum berjuta kupu-kupu. Sih kerap merasa lelaki itu memiliki kemiripan yang banyak dengan Kas.” (hlm. 4-5)

“Beberapa hari ini mereka selalu berjumpa di taman itu. Taman rahasia atau taman putih, begitu Sih menyebut taman yang letaknya tak begitu jauh dari tempat tinggal Kas dan Sih. Di sana memang sepi. Teramat hening malah. Di sana juga putih. Sih sendiri tak mengerti mengapa taman itu seperti bersalju…” (hlm. 5)

“…Angin rindu di hati Sih. Dan ia menikmati kerinduannya pada lelaki itu.” (hlm 5)

“Sih memandang lelaki itu dan menikmati setiap ucapannya yang semilir. Ah, andai saja Kas yang berucap demikian. Bukankah Kas dulu pernah mengatakan hal yang hampir mirip?” (hlm.6)

“…Sih ingin menggeser duduknya sedikit, tapi ia tak mampu. Burung-burung bercicit ramai di atas dahan-dahan pohon besar yang menaungi Sih dan lelaki itu. Bangku putih menyaksi. Lelaki itu mencium keningnya.” (hlm. 6)

“’Aku akan mencintaimu selamanya, seperti aku mencintai surga,’ lelaki itu merengkuhnya. Mereka berjalan menuju pondok kayu di tengah taman hening, pondok yang dibangun lelaki itu dengan tangannya sendiri, untuk Sih” (hlm. 8)

“…Sungguh, ia telah menciptakan sejuta lelaki di taman hening itu. Sejuta lelaki yang semuanya entah mengapa adalah Kas tapi tak sepenuhnya Kas. Lelaki-lelaki itu mengatakn mencintainya seperti surga. Kas tak pernah berkata seperti itu.” (hlm. 9)

2.      Konflik Tokoh Utama Wanita dalam Cerpen “Malaikat Penjaga Perempuan”
a.      Bentuk Konflik Tokoh Utama Wanita dalam Cerpen “Malaikat Penjaga Perempuan”
Tokoh utama wanita dalam cerpen “Malaikat Penjaga Perempuan” mengalami konflik batin, terlihat dari kutipan,

“Lasmi, perempuan setengah baya itu kelihatan murung. Guratan-guratan sedih tergores panjang di wajahnya. Tatapan matanya menerobos ke kedalaman relung hati…” (hlm.38)

“…Ia duduk memandangnya mencoba mengais-ais kekasaran dan kejahatan yang telah dilakukan laki-laki itu padanya.” (hlm. 38)

“…Perempuan tua itu menarik nafas, masih terasa sesak jika mengingat semua yang telah dilakukan laki-laki yang kini terbaring tak berdaya.” (hlm 39)

“…Membuka luka lama yang bertahun-tahun ditata untuk ditutupi.” (hlm 39)

“…Malam itu tidak akan pernah dilupakan. Pertengkaran hebat, tuduhan, siksaan, dan caci maki.” (hlm. 39)

“…Ah…perempuan bernama Lasmi itu bergidik membayangkan masa lalunya…” (hlm. 42)

b.      Latar Belakang Konflik Tokoh Utama Wanita dalam Cerpen “Malaikat Penjaga Perempuan”
1.      Perlakuan kasar dari suaminya, terlihat dari kutipan,

“…Dia masih ingat, bagaimana laki-laki perkasa itu memukul dan menendangnya berkali-kali, menggeret tubuhnya di tengah kegelapan malam dari rumah ke tepi sungai dan melemparkannya!...” (hlm. 40)

“…Selama tujuh tahun perkawinan, entah sudah berapa puluh atau ratus kali rambutnya dijambak, kepala dibenturkan ke dinding, tendangan di perut, pukulan di wajah, tangan, dan kaki…” (hlm. 42)


2.      Istri menduga bahwa suaminya berselingkuh, terlihat dari kutipan,

“…Suara lembut yang dulu juga dimiliki suaminya sebelum tergila-gila janda cantik, seorang mucikari.” (hlm. 41)

3.      Suami menuduh istrinya berselingkuh, terlihat dari kutipan

“’Jadi, selama ini kamu berselingkuh dengan si Tarno?’ jambakan tangan kuat suaminya merontokkan berpuluh helai rambutnya…” (hlm. 40)

“’Lasmi, jangan-jangan si Mini itu anak si Tarno?’” (hlm. 40)

“’ Katakan Lasmi kalau anak ini anak si Tarno!’’ suara laki-laki itu begitu dekat di telinga…” (hlm. 40)


c.       Cara Tokoh Utama Wanita dalam Cerpen “Malaikat Penjaga Perempuan” Menyelesaikan Konflik
Beberapa mekanisme pertahanan terhadap konflik yang dilakukan oleh tokoh utama:
1.      Represi. Tokoh utama wanita dalam cerpen tampak menekan emosi dan dendamnya kepada sang suami dengan rela memaafkan kesalahan-kesalahannya, terlihat dari kutipan,

“…Sejenak hening, tiada kata-kata, mereka saling memandang. Hati Lasmi, perempuan tua itu tersentuh. Ia ingin hidup bersama dengan suami dan anaknya. Menghabiskan hari tuanya dengan mereka…” (hlm 45-46)

“Lasmi memegang tangan suaminya, laki-laki pemecah batu yang dulu begitu perkasa…” (hlm. 46)

“…Lasmi tahu laki-laki itu merasa berdosa dan menyesali perbuatannya. Allah saja maha pemaaf, apalagi manusia” (hlm. 46)

“’Ya Kang, Lasmi memaafkan Akang!’ Lasmi mengangguk lemah. Penderitaan itu sudah lama berlalu, tidak seharusnya menjadi dendam…” (hlm. 46)

2.      Sublimasi, yaitu berupa “pengalihan” pada kegiatan-kegiatan spiritual, seperti shalat dan berdoa, serta pengalihan untuk mempertahankan rumah tangga demi anaknya. Terlihat dari kutipan,

“…Lasmi ambil wudlu dan kemudian shalat. Hanya mengadu kepada Allah, Tuhannya. Dalam doanya, perempuan itu memohon perlindungan…” (hlm. 42)

“…ia ingin mempertahankan perkawinan dan merawat anak kesayangannya, tapi apakah siksaan yang akan diterimanya itu tiada berbatas?” (hlm. 42)



3.      Keterkaitan Konflik Tokoh Utama Wanita dalam Cerpen “Pertemuan di Taman Hening” dan Cerpen “Malaikat Penjaga Perempuan”
a.      Hubungan Persamaan
Baik cerpen “Pertemuan di taman hening” maupun cerpen “Malaikat penjaga perempuan” memiliki tema yang sama yaitu penyiksaan yang dilakukan oleh tokoh suami kepada tokoh istri. Pangkal permasalahan antara suami-istri tersebut adalah ketidakpuasan si suami kepada istrinya. Tokoh Kas digambarkan tidak puas dengan istrinya karena Sih belum juga hamil (Pertemuan di taman hening, hlm. 5) dan akhirnya Kas tertarik pada wanita lain yang merupakan seorang penari (Pertemuan di taman hening, hlm. 4). Sementara tokoh suami Lasmi digambarkan bahwa tidak puas kepada istrinya karena menganggap Lasmi berselingkuh dengan laki-laki lain (Malaikat penjaga perempuan, hlm. 40). Suami Lasmi pun akhirnya tertarik pada wanita lain yang merupakan seorang mucikari (Malaikat penjaga perempuan, hlm. 41).
Selain dari kesamaan tema, kedua cerpen tersebut juga memiliki kesamaan berupa konflik yang dialami oleh tokoh istri. Konfliknya berupa konflik batin. Tokoh istri digambarkan sebagai seorang tokoh yang memiliki kesabaran terhadap apa pun perlakuan sang suami. Si istri juga rela memendam kesedihan demi keutuhan rumah tangga.

b.      Hubungan Perbedaan
Mekanisme pertahanan terhadap konflik yang dilakukan oleh tokoh Sih lebih dominan berupa fantasi dan stereotype. Tokoh Sih memunculkan fantasi-fantasi di benaknya berupa bayangan lelaki yang sikapnya mirip dengan Kas beberapa tahun lalu. Sementara mekanisme pertahanan terhadap konflik yang dilakukan oleh tokoh Lasmi lebih dominan berupa represi. Tokoh Lasmi tampak menekan emosi dan dendamnya kepada sang suami dengan rela memaafkan kesalahan-kesalahannya.
Lasmi digambarkan sebagai wanita yang tegar dan kuat, serta tak ragu mengambil keputusan. Terlihat pada akhir cerita, Lasmi menolak untuk tinggal bersama suaminya kembali, walaupun ketika itu, anak dan menantunya ikut membujuk, terlihat dari kutipan,

“Dengan tenang dan penuh keyakinan, perempuan itu menggelang, ‘Tidak Kang! Saya sudah punya rumah!’” (hlm. 47)

Sementara tokoh Sih, tampak ragu untuk mengambil keputusan berpisah dengan suaminya, terlihat dari kutipan

“’Haruskah aku pergi?’ gumam Sih. Pergi berarti ia meninggalkan Kas selamanya. Pergi artinya memberi kesempatan pada penari itu untuk memiliki suami dan rumahnya. Untuk memiliki ranjang mereka (hlm. 8).
                         


4.      Fungsi Teks Transformasi bagi Teks Hipogram
Hadirnya teks transformasi yaitu cerpen “Malaikat penjaga perempuan” dapat digunakan sebagai sarana untuk memberi nasehat kepada para istri. Sebagai seorang istri, haruslah taat dan patuh kepada suami karena Allah, bukan hanya sebagai bentuk kecintaan kepada suami. Hal tersebut terlihat dari kutipan,

“Ya meskipun suaminya pembunuh asalkan istrinya tidak menawarkan sorga bagi lelaki lain…” (hlm. 43)

Walaupun istri wajib taat pada suami, tetapi istri juga mempunyai hak untuk berpendapat dan memiliki keinginan. Hal tersebut dijelaskan di dalam cerpen “Malaikat penjaga perempuan”, dimana tokoh Lasmi tidak ragu untuk menolak ajakan anak, menantu, dan suaminya untuk hidup kembali bersama suaminya.
Hadirnya teks transformasi juga dianggap sebagai suatu perlawanan terhadap teks hipogram yang menyatakan bahwa istri harus taat sepenuhnya kepada suami, perlakuan kasar dari suami harus dihadapi istri dengan sabar. Perlawanan tersebut berupa, istri haruslah taat kepada suami, tetapi ketaatan tersebut hanya selama hak istri tidak dilanggar, salah satu hak istri adalah mendapat perlindungan dan perlakuan baik dari suami. Apabila hak tersebut dilanggar oleh suami, maka istri boleh menentukan sikap untuk tetap bersatu ataukah berpisah.




  1. KESIMPULAN

Konflik
Tokoh utama wanita
Teks hipogram
“Pertemuan di taman hening”
Teks Transformasi     
“Malaikat penjaga perempuan”
Bentuk konflik
Konflik batin
Konflik batin
Latar belakang konflik
1.      Perlakuan kasar dari suami
2.      Istri menduga suaminya berselingkuh
3.      Kerinduan menimang bayi
4.      Keinginan si istri untuk memiliki laki-laki idaman lain
1.      Perlakuan kasar dari suami
2.      Istri menduga suaminya berselingkuh
3.      Suami menuduh istrinya berselingkuh
Cara tokoh utama menyelesaikan konflik
1.      Sublimasi: 1 kutipan
2.      Fantasi dan stereotype: 7 kutipan
1.      Represi: 4 kutipan
2.      Sublimasi: 2 kutipan

Keterkaitan teks hipogram dan teks transformasi
Unsur-unsur
Teks hipogram
“Pertemuan di taman hening”
Teks transformasi
“Malaikat penjaga perempuan”
keterangan
Tema
Penyiksaan seorang suami kepada istri
Penyiksaan seorang suami kepada istri
Persamaan
Bentuk konflik
Konflik batin
konflik batin
Persamaan

Mekanisme pertahanan
Dominan fantasi dan stereotype
Dominan represi
Perbedaan
Perwatakan tokoh
Setia, penurut, takut melawan suami
Tabah, tegas, patuh pada suami tetapi tidak lemah
Perbedaan



Fungsi teks transformasi yaitu sebagai bentuk pertentangan kepada teks hipogram dan sekaligus memberi nasehat untuk pembaca bahwa sebagai seorang istri yang diperlakukan kasar oleh suami, istri tetap harus berani mengambil keputusan demi masa depan hidupnya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar